lanjutannya cepet bingit, yah? hehe ... baca aja, deh! >.<
***
aku dibekap dan akupun pingsan. perkiraanku, saputangan yang digunakan untuk membekapku ini diberi obat bius.
aku terbangun dan mulutku sudah tidak dibekap. Aneh, gumamku dalam hati. kenapa mulutku tidak dibekap? yang menculikku pasti punya motif lain perihal penculikan ini.
sesosok tubuh jangkung dan besar mendekatiku. perempuan. rambutnya coklat kemerahan. aku memandangnya, sepertinya kenal.
"Wah, rupanya Rika sudah bangun," ucap gadis itu sambil mengulas senyum licik padaku. aku memandangnya bingung. "Em, apakah kamu lupa siapa aku? LIDYA! bisa mengeja? L-I-D-Y-A!"
aku mengangguk paham. Lidya kan, musuh bebuyutan Rika. "Aku ingat kamu. tapi aku bukan Rika. sungguh! aku Rina. bisa mengeja R-I-N-A," jawabku sambil tersenyum manis, berasa tidak bersalah.
"Hah! beraninya membalikkan kata-kataku!" kecam Lidya garang. matanya melotot.
"Hati-hati, Lid. matamu copot tau rasa," ucapku dengan nada berpura kuatir. Lidya semakin melotot, dia menarik tali yang mengikat tangan dan pinggangku.
"Camkan ini, Rika!" omelan Lidya terputus dengan sahutanku.
"Rina!"
"Terserah! aku tidak peduli. camkan ini, kamu mau kusiksa disini atau mau pergi selamanya?!"
aku tertegun. "Em, daripada menderita. lebih baik, aku pergi selamanya," sahutku polos.
Lidya pergi meninggalkanku. pintu ditutup dengan kasarnya. aku hanya diam meratapi nasibku kini.
Bersambung ...
***
maaf kalau pendek, yah! aku takut gak bisa selesai! :(