Anime Chibi Blues
Hello! Wallo!

Annyeoung! Hi I'm Katrina. Welcome to My Anime World. You like in Japan. Right? Replace With Yours. Gomawo!




Entries About Linkies Stuff


Wechat

put your link not email.
No Harsh words allowed here.
Req tutobies or ex link/banner.
Let`s talk with owner


Posted


Archive

Big Clap

Template: Intan Aqilah
Edit: Safira Nuril Izzah
Basecodes: Yaya
Others:   


Kota Mati 2145

Credit: Bobo Online :D

Read More >>

Kota Mati 2145
Kota Mati 2145
Kota Mati 2145
Aku menatap orang-orang yang berlalu-lalang di depan toko Bibi Docia. Semenjak ibukota Indonesia pindah ke Palangkaraya, Jakarta benar-benar terlihat seperti kota mati. Hampir tidak ada tanaman hijau. Mungkin pohon apel besar dan bunga lavender yang tumbuh subur di depan rumah Bibi Docia adalah satu-satunya tanaman di kota ini.
“Lucy, bisa bantu aku meletakkan barang-barang ini di rak sebelah sana?” Bibi Docia menghampiriku.
Aku mengangguk pelan. Sambil mendorong troli berisi tablet-tablet makanan hasil rekayasa teknologi, aku mengingat cerita Nenek Buyut tentang Indonesia di zaman dahulu. Katanya, Indonesia adalah sebuah negeri yang sangat subur, yang dipenuhi warna hijau tetumbuhan dan warna biru langit jernih.
Tapi sekarang…?
Orang-orang kalangan atas tak pernah mau menengok kehidupan di bawah gedung-gedungnya. Orang-orang kalangan bawah hidup menderita. Sementara orang-orang kalangan tengah tak bisa melakukan apapun karena orang-orang atas tidak memperbolehkan kami untuk menolong rakyat bawah.
“Lucy?”
Aku tersadar dari lamunanku.
“Ya, Bibi? Aku sudah selesai meletakkan semuanya. Ada yang bisa dibantu lagi?”
Bibi menggeleng. Dia meraih pigura foto di meja kecil. Di dalamnya ada foto seorang anak perempuan cantik bermata biru dan berambut pirang.
“Aku merindukannya,” bisik Bibi sambil mengusap-usap gadis dalam foto itu.
Gadis kecil dalam foto itu adalah Caroline, anak perempuan Bibi Docia yang meninggal dua tahun lalu dalam usia yang ke-9. Dia lebih tua tiga bulan daripada aku. Caroline meninggal dengan tragis… karena kelaparan.
Waktu itu, Jakarta sedang dilanda bencana kelaparan. Orang-orang mati kelaparan bergelimpangan di pinggir jalan. Selama sebulan penuh tak ada makanan tersedia di Jakarta. Caroline menunggu Bibi Docia yang berjanji akan membawakan makanan ketika ia pulang. Caroline tak bisa bersabar lagi, tapi ibunya tak kunjung datang. Ia menggigit lidahnya sendiri untuk menahan giginya yang bergemeletuk keras. Ketika Bibi Docia kembali dengan membawa makanan, ia mendapati Caroline meninggal dengan lidah menghilang…
* * * * *
Tiba-tiba saja orang-orang di luar berteriak keras sambil berlari-lari panik entah kemana. Aku dan Bibi keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Ternyata…
“Tabung toxic di kota bocor!” jerit orang-orang. Bibi Docia menggandeng tanganku sambil berlari secepat mungkin, sementara salah satu tangannya masih memegang foto Caroline. Tapi tak lama kemudian, orang-orang yang berlarian mulai berayun dan roboh di seluruh jalan. Tak terkecuali Bibi Docia. Pigura yang ada di tangannya terjatuh dan pecah, lalu ia terkapar di jalan. Dan kusadari kini hanya AKU yang ada di jalan penuh mayat ini! Berteriak minta tolong pun percuma! TAK AKAN ADA YaNG MENDENGARKAN…!!!
Mendadak saja kurasakan pandanganku mulai gelap. Aku bergerak semakin lambat, dan lama-kelamaan kurasakan aku tergeletak di jalan dengan suara keras. Napasku mulai sesak dan akhirnya kuhembuskan napasku untuk yang terakhir kalinya.
Meskipun aku tahu aku takkan bisa kembali ke sini lagi, tapi aku bahagia. Karena tak perlu lagi berada di Jakarta yang telah mati ini…
Atau, lebih pantas kusebut Kota Mati 2145.

Karya: Tiara Kamileva Khoirunnisa Santoso :)